Rabu, 19 Desember 2012

Flash Fiction - Dua

"Silahkan Ambil !" Jantungku berdebar kencang seperti sebuah kereta api yang melaju cepat tak mengenal waktu lagi. Kutatap deretan gulungan kertas yang telah menungguku. Tanpa pikir panjang kuambil kertas yang berada didekatku. Sambil berdoa perlahan kubuka gulungan kertas yang berada di tanganku dan berharap mendapatkan apa yang kuinginkan.
Ku tak percaya apa yang kudapatkan, tepat sekali tertera didalam kertas tersebut angka dua yang menghantuiku selama ini. Angka dua tersebut seakan tertawa melihat ekspresiku yang mulai pucat. Dengan gugup aku melangkah menuju meja nomor dua. Kakiku benar-benar terasa berat seperti telah diborgol oleh rantai yang sering dipakai oleh budak.
"Mana kertas lainnya?" suara itu mengangetkanku yang telah berhasil duduk dimeja nomor dua. Tanpa sadar kegugupanku telah membawa kertas yang menghancurkan hidupku itu. Buru-buru kukembalikan kertas mengerikan tersebut ke tempatnya. Sekarang aku harus menghadapi iblis menakutkan yang ada di depanku.
Sang iblis terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku tak bisa berpikir lagi. Kumulai mengucapkan apa saja tanpa berpikir lagi seperti sebuah robot yang dikendalikan. Dia tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan. Semakin ku tatap, maka aku semakin merinding seperti melihat senyuman yang berniat untuk membunuh.
"Waktu habis !"kata-kata itu menyelamatkan hidupku. Aku bersyukur telah lepas dari jeratan iblis yang menangkapku dalam jebakannya. Iblis yang selalu berada dalam Praktikum Fisika Dasar. Seorang asisten yang bertanggung jawab dalam percobaan katrol. Kini kuhanya bisa berdoa menunggu kehancuran nilaiku.

2 komentar: