Kamis, 22 Mei 2014

Flash Fiction - Message

Di depanku terbentang tumpukan buku yang mengelilingi dunia ku. Ya, tepatnya sekarang aku berada di sebuah toko buku. Namun mataku tak lepas untuk berpaling dari satu arah. Meskipun ini adalah toko buku, bukan buku lah yang menjadi pusat perhatianku kali ini. Di bagian tumpukan komik berdiri seorang laki-laki yang sedang asyiknya menikmati buku yang ada di depannya seolah-olah komik itu telah membawanya ke dunia buku tersebut.

“Hei, apa yang kau lakukan disini?” kata-kata itulah yang ingin kuucapkan padanya sebagai awal pertemuan kami hari ini. Namun, seolah-seolah kata-kata itu sepertinya enggan untuk menjadi apa yang di dengar oleh pria itu. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya dari kejauhan seperti biasa.

Kuhela nafas panjang sambil menutup mata, kuputuskan untuk segera meninggalkan suasana yang tak nyaman ini. Saat mata terbuka, kami saling bertukar pandang. Untuk beberapa saat aku berharap waktu berjalan lebih lambat. Namun disaat yang sama, udara terasa semakin menipis.

“Apa yang kau lakukan disini, Mari?” suara itu membawaku kembali ke dunia nyata.

“Eh?! A-Aku ha-hanya mencari beberapa buku,” jawabku sedikit agak gugup.

Pria itu hanya menganggukan kepala sedikit seolah – olah mengerti keadaanku. Suasana kembali hening. Kucoba memberanikan diri untuk mendekati dirinya.

“Heh, aku tak tahu ternyata kau suka komik,” kataku sok akrab mencoba memecahkan keheningan. Dia mengangguk kembali secara perlahan seolah – olah dia merasa tak nyaman untuk berbicara denganku.

“Mari, Ada hal yang ingin kuperlihatkan,” pria itu memulai memasang raut muka yang serius.

“Eh?!”

Pria itu menyodorkan komik yang sedang dibacanya dengan sebuah halaman yang terbuka. Aku menerima dengan perasaan sedikit kecewa bercampur kebingungan.

Dari dulu Aku sudah sangat menyukaimu. Maukah kau jadi pacarku?

Kata – kata itu adalah dialog pertama yang kulihat dari halaman yang terbuka itu. Kepalaku semakin berputar. Berulang kali ku putar otakku memahami apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini penembakan? Atau ini hanya kebetulan? Aku tak bisa memahaminya.

“Wah, ternyata ada juga komik tentang hal semacam ini.”

“Ini komik yang bagus sebaiknya kau membaca ini,” Dia beranjak pergi sambil tersenyum. Namun sebelum mengilang, tampak sorot di matanya seakan – akan kecewa akan jawabanku.

Pertemuan kami berakhir disini. Aku kembali ke kehidupan lamaku yang hanya bisa memandang punggungnya yang lebar dari kejauhan. Sepertinya Aku salah mengambil keputusan dan ini akan jadi penyesalan seumur hidupku.

1 komentar:

  1. Wow, great story, Ive added you as a friend on my Facebook!
    TY a ton for posting this, it was unbelieveably informative and told me a lot
    TYVM, wonderful job! This was what I needed to know.
    obst und gemüsereiniger

    BalasHapus