Kamis, 24 Januari 2013

Flash Fiction - Kenyataan yang Buta

Sudah lama Rin  tertegun membisu di depan makanan dihadapannya tapi tetap saja itu tak merubah moodnya untuk sekalipun menyentuh makanan yang terlantar itu. Di renunginya kembali kejadian yang telah menimpanya. Dengan muka lemas di tatapnya nilai di layar handphonenya. Tampak disana nilai D menghiasi Kartu Hasil Studi yang di perjuangkannya selama satu semester ini.

"Lagi-lagi aku harus mengulang," gumamnya sambil menarik nafas panjang.

Sekali lagi ditolehnya nasi rendang yang dipesannya di Rumah Makan Pagi Sore yang dikunjunginya rutin hampir setiap hari. Diputuskannya untuk memakannya sedikit demi sedikit makanan favoritnya itu. Sekali lagi perut Rin seperti menolak makanan tersebut. Tenggorakannya seakan memblokir jalan percernaan yang ada di dalam tubuhnya.

Rin sudah tak kuat lagi. Dialihkannya pandangannya menuju seorang pelayan yang tengah asik menulis pesanan pelanggan yang tak terhitung jumlahnya, "Pelayan, makanan ini bisa dibungkus saja?"

Tampak pelayan itu bingung dengan tingkah laku Rin yang dengan cepat merubah pikirannya, "Baiklah tunggu sebentar ya mbak"

Tapi pandangan Rin kali ini berbeda. Tampak dirinya menatap seorang lelaki yang sedang asyik ngobrol dengan seorang gadis muda yang berparas rupawan. Tanpa pikir panjang diambilnya langkah kilat menuju sosok lelaki itu seakan siap menerkam mangsanya. Di hadapan mereka dengan sigap Rin mengambil air putih yang tertera di meja itu dan menyiramnya kehadapan lelaki itu.

"Apa-apaan ini?" lelaki itu diam sesaat, "Rin, kok kamu..."

"Oh jadi begini ya Roy kerjaanmu selama ini. Di saat gue sibuk dengan nilai gue yang berantakan, sekarang loe lebih menghancurkan hidup gue"

"Tapi, Rin..."

"Sudahlah gue nggak mau dengar alasan loe lagi, sudah cukup atas pengkhianatan loe hari ini."

Lelaki itu mencoba menenangkan Rin dengan menggenggam tangannya yang sudah tak bisa terkandali lagi. Tapi Rin hanya merespon seperti seekor binatang yang ingin melepaskan dirinya dari pemangsa.

"Dia itu sepupu aku Rin!" lelaki itu dengan spontan berteriak kepada Rin dan segera memeluk tubuhnya erat.

Rin hanya bisa terdiam tak bisa berkata-kata lagi. Sekarang mukanya hanya bisa memerah mengetahui kenyataan yang ada. Beginilah akibat tanpa adanya pikir panjang, dia han ya bisa melihat kenyataan yang buta.

0 komentar:

Posting Komentar